Foto: sumber doc @asupriatna07
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,
Alhamdulillah, sholatu wa salamu' ala Sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in wa tabie ahu ila yaumiddin, amma ba'd,
Pada kesempatan kali ini saya hendak berbagi sedikit pengalaman tentang 'pentingnya keteguhan hati.
Dulu, saya tidak pernah terpikir akan menjadi dosen dan filolog (mulai 2015), mungkin ini karena keteguhan hati saya waktu ketika lulus kuliah S1 saya ingin melanjutkan studi saya. Keadaan waktu itu tidak memungkinkan akhirnya saya bekerja terlebih dahulu sebagai guru bahasa Inggris dan meneruskan usaha layanan print out, warnet, warung pulsa dll. Ya saya satu tahun setelah masuk S1 langsung membuka usaha dekat kampus (2002), karena waktu itu bisnis ayah saya jatuh karena dampak krisis moneter di Indonesia (1998), tingkat inflasi mencapai 99 persen, hingga meruntuhkan ekonomi Indonesia, stabilitas keamanan terganggu, dan tapuk pimpinan Indonesia harus berganti. Kehidupan keluargaku dari yang tadinya kaya di Jakarta harus jatuh, beruntung masih ada harta kami di Bandung, namun tidak sebanyak sebelumnya, ditambah lagi cobaan lain, yakni mama dan kakakku nomor dua jatuh sakit, mungkin mereka tidak bisa menerima keadaan waktu itu. Keadaan menjadikanku harus berpikir keras untuk tetap bisa melanjutkan studi, akhirnya aku mulai buka usaha dekat kampus dengan memanfaatkan komputer dan lain-lain punya saya di rumah, alhamdulillah, saya bisa lulus S1.
Keinginan lanjut S2 sudah menjadi keteguhan saya, tapi harus menunggu hingga tiga tahun. 2008 baru terwujud lanjut, dan 2011 lulus, alhamdulillah. 2011 saya mengabdi di kampus untuk jadi pembantu dosen, dan 2014 saya lulus jadi pegawai negeri Indonesia sebagai fungsional dosen, saya diterima bukan di Bandung, tapi di Kendari, Indonesia Timur, Alhamdulillah. 2017 saya menikah dengan gadis dari Kota Kendari, yang juga seorang dosen, kami dikaruniai dua orang anak laki-laki, alhamdulillah. Namun, keteguhan hati saya tergoncang dengan adanya krisis juga di Indonesia akibat pandemi covid'19 (2019) pendapatan kami terganggu, kami yang tadinya tetap bekerja dalam bidang malah membuka usaha minimarket, berharap bisa mendapat penghasilan tambahan malah kami harus menerima takdir tidak jalan, kami tergoncang, terutama saya yang biasa fokus bidang harus membereskan masalah ini, dan yang tidak menyangka istri saya meminta pisah setelah saya diterima jadi mahasiswa S3, kami berbeda pendapat tentang ini, saya telah meyakinkannya, dan berusaha mempertahankannya, kalaupun harus aku tinggalkan kuliahku, deminya dan anak-anak aku perjuangkan, namun keputusannya sudah bulat. Pelajaran berharga untuk tetap teguh hati dalam hal apapun, akhirnya saya menerima keputusannya, dan berusaha memperbaiki ekonomi saya lagi, kemudian saya berusaha tetap lanjut studi, sebagaimana sebelumnya tetap pada bidang. Saya kembali merajut asa untuk capai Professor, karena pangkat saya sedang diajukan ke Assoc. Professor (lektor kepala),karena untuk jadi Professor harus doktor maka saya lanjut studi. Saya berharap bisa tercapai cita-cita saya ini, demi anak-anakku, dan semoga ke depan saya bisa mendapat ibu untuk anak-anakku, dan semoga kami tetap teguh menjadi keluarga yang utuh.
Keteguhan hati adalah kunci agar bisa tekun dan bisa sabar.
Sebagaimana diajarkan guru kita Habibana Ali Al-Jufri ketika menjelaskan tentang makna ayat,
قيل في معنى قَوله تعالى: {اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا}:
الصبر دُونَ المصابرة،
والمصابرة دُونَ المرابطة.
المصدر: الرسالة القشيرية.
InsyaAllah buah dari kesabaran itu adalah manis, karena Allah SWT yang mendampinginya.
Semoga kita diberikan keteguhan hati, terutama untuk selalu teguh di Jalan-Nya.. Aamiin.
Sekian, semoga bermanfaat.
Wasalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Comments
Post a Comment